TUGAS
MATA KULIAH TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH
DALAM
BENTUK TULISAN ILMIAH POPULER
Nama
|
:
|
DIAN
HERDIANA
|
Nim
|
:
|
819335084
|
Kelas
|
:
|
C
|
Semester
|
:
|
8
|
Pokjar
|
:
|
Kota
banjar
|
UPAYA
MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Luasnya lingkup pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang
guru dan berubahnya paradigma pendidikan hal ini membuat guru harus mempunyai
moto ” belajar bagaimana belajar”. Luasnya cakupan pengetahuan yang harus
dikuasai guru tertuang dalam PP Mendiknas RI N0. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. Dalam PP tersebut dikatakan ada empat
kompetensi utama guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Kita
lihat bagaimana luasnya pengetahuan guru dalam satu aspek misalnya aspek
padagogik. Dalam aspek ini guru harus menguasai karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual serta
menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Dalam
aspek keperibadian seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Di samping itu guru juga dituntut harus dapat menampilkan
diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat. Agar dapat memberikan bimbingan, arahan dan motivasi pada
anak didiknya guru juga harus dapat menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menunjukkan etos kerja, tanggungjawab
yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
Dilihat dari aspek sosial maka seorang guru harus dapat
bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif, karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi. Selain itu guru harus mampu berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk
lain. Dari sudut profesional guru harus menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
Di samping itu guru harus menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. Lebih jauh guru harus
dapat mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif,
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif. Melihat
luas cakupan yang harus dikuasai guru justru saya khawatir persoalan
pembelajaran bukan terletak pada siswa tetapi justru terletak pada guru. Untuk
itulah maka guru harus meletakan dasar dalam dirinya belajar bagaimana belajar.
Dari tutuntan komptensi seorang guru kalau tidak diantisipasi
sedini mungkin akan menimbulkan berbagai kesulitan dalam pembelajaran. Dari
sisi siswa, kesulitan tersebut di antaranya bagaimana menguasai konsep materi
ajar yang sulit menjadi mudah, bagaimana beragam pengetahuan yang harus
dipelajari diambil intisarinya dan dapat diimplementasikan dalam kehiduapan
sehari-hari. Dari sisi guru, bagaimana guru berupaya menyampaikan pesan tentang
materi pembelajaran yang sulit sehingga menjadi lebih mudah diterima siswa.
Kemudian timbul pertanyaan dari sudut paedagogik sejauh mana seorang guru
menguasai startegi pembalajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan dan
metode pembelajaran yang digunakan. Misalnya sejauh mana guru menguasai
pendekatan pembelajaran yang kontruktivisme dan kontekstual. Dalam pembelajaran
dengan menggunakan kontekstual saja, maka guru harus dapat menekankan pada :
1.
Belajar
berbasis masalah (Problem-Based Learning),
2.
Belajar
berbasis inquiri (Inquiry-Based Learning);
3.
Belajar
berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-Based Learning);
4.
Belajar
berbasis kerja (Work-Based Learning);
5.
Belajar
kooperatif (Cooperatif Learning).
Semua pendekatan pembelajaran tersebut sudah
berpihak pada siswa sesuai dengan paradigma pembelajaran saat ini yaitu student
centre leraning. Dari berbagai pendekatan pembelajaran tersebut yang akhirnya
bermuara pada PTK. Apabila semua itu dikuasai oleh guru, maka kusulitan belajar
yang di alami oleh siswa untuk memahami dan menguasai berbagai konsep materi
pembelajaran akan dapat diatasi.
Dalam hal ini guru
harus dapat mengorganisasikan kelas, berkenaan dengan kegiatan pengelompokan
siswa dalam belajar, ruang belajar, kesesuaian tujuan dan lain-lain. Dalam
kegiatan belajar mengajar hal yang turut menentukan keberhasilan proses belajar
mengajar salah satunya dapat ditentukan melalui tercapainya tujuan-tujuan
instruksional yang dalam pelaksanaannya sangat bergantung pada kemampuan
mengatur kelas. Salah satu indikasi bagi kelas yang baik yaitu dapat
menciptakan situasi yang memungkinkan untuk anak belajar. Kondisi yang kondusif
dalam belajar merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Adapun faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, Menurut Sardiman A.M. (2000 : 37) secara garis
besar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor
yang datang dari dalam diri siswa yakni faktor fisiologis dan faktor psikologis
sedangkan faktor yang datang dari luar adalah faktor sosial dan non sosial.
Pengelolaan kelas merupakan
proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Dengan kata lain pengelolaan kelas ialah
seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban
suasana kelas. Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya telah terkandung dalam
tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan
sikap serta apresiasi pada siswa. (Sudirman N, 1991:311).
Suharsimi Arikunto
(1988:68) berpendapat bahwa “Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak
di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisien”. Depdikbud (Rudyanto P, 1999:38) menyatakan tentang
tujuan pengelolaan kelas adalah mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik
sebagai lingkungan belajar meupaun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar
mengajar. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial,
emosional dan intelektual siswa dalam kelas. Membina dan membimbing siswa
sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat
individunya.
Selanjutnya dikemukakan
pula oleh Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1992:114) beberapa tujuan dari pengelolaan
kelas, yaitu sebagai berikut:
1.
Agar pengajaran dapat dilakukan secara
maksimal sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.
Untuk member kemudahan dalam usaha
memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas, guru
mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa, terutama siswa
yang tergolong lamban.
3.
Untuk memberikan kemudahan dalam
mengangkat masalahmasalah penting untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan
pengajaran masa mendatang.
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang
melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan
suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Ciptakan satu
kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan
untuk memperbaiki kesalahannya. Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar,
turut mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Suara hendaknya relatif
rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya
rileks cenderung akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran, tekanan
suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan siswa. Kesulitan dalam
belajar dapat berasal dari diri kita sendiri (intern) atau dari lingkungan luar
kita (extrern). Faktor intern yang ada dalam diri kita sendiri merupakan faktor
kebanyakan merupakan penyebab kesulitan dalam belajar antara lain:
1.
Rasa malas untuk membuka buku dan
mempelajarinya.
2.
Rasa bosan dalam kegiatan belajar.
3.
Berbicara di dalam kelas.
4.
Kurangnya perhatian dan konsentras.
Faktor ekstern dalam
belajar adalah faktor yang berasal dari lingkungan kita, lingkungan merupakan
pendukung kondisi saat kita belajar agar terasa nyaman dan berkonsentrasi
penuh. Faktor ekstern yang menyebabkan kesulitan belajar antara lain tempat
yang kurang memadai dengan peralatan yang kurang lengkap. Pengajar yang kurang
bisa memberikan pelajaran secara efisien dan mudah dimengerti dan diterima. Keadaan
orang-orang terdekat yang dapat membuat kita malas belajar dengan berbagai
kegiatan lain bersama mereka.
Dari faktor-faktor
tersebut mempunyai dampak besar bagi diri pelajar sendiri dalam pencapaian
cita-citanya di masa depan, Dampak pelajar jika dalam kegiatan belajarnya
menemui kesulitan yang dapat memuaskan prestasi peserta didik. Usaha-usaha
untuk mengatasi kesulitan dalam belajar yang dapat menngkatkan prestasi peserta
didik dapa dilakukan dengan cara:
1. Memotivasi
diri untuk belajar denan membuat sebuah catatan target yang harus dicapai.
2. Membuat
belajar sebagai hobi yang kita sukai.
3. Ciptakan
suasana yang kondusif di rumah, juga dukungan dari keluarga.
4. Sesuaikan
cara belajar dengan daya tangkap kita.
5. Buat
suasana dalam ruang belajar kita, sebagai ruang favorit kita.
Belajar merupakan
kegiatan yang kita butuhkan untuk menyiapkan modal menghadapi masa depan.
Kesulitan belajar sangat umum di temukan pada diri pelajar yang disebabkan dari
dalam dirinya sendiri atau dari lingkungan. Upaya-upaya untuk menghindari
kesulitan belajar harus dilakukan sejak dini dan bersama orang tua dan
orang-orang sekitar kita, agar kita mempunyai suasana belajar yang kondusip.
0 komentar:
Posting Komentar